Sejarah Masa Lalu – Leonidas dan 300 Spartan adalah kisah keberanian dalam sejarah Yunani kuno yang tetap dikenang hingga saat ini. Pertempuran Thermopylae terjadi pada tahun 480 SM, ketika Persia, di bawah kepemimpinan Raja Xerxes I, berusaha menaklukkan Yunani. Leonidas dan pasukannya menghadang Persia di celah sempit Thermopylae dengan tujuan memperlambat invasi dan memberikan waktu bagi pasukan Yunani lainnya untuk bersiap menghadapi pertempuran yang lebih besar.
Thermopylae adalah jalur strategis yang menghubungkan Yunani utara dan selatan. Karena lokasinya yang sempit, Persia kesulitan mengerahkan pasukan dalam jumlah besar secara efektif. Yunani memilih tempat ini untuk menghadang invasi Persia, dengan harapan bisa menang meskipun jumlah pasukan mereka jauh lebih sedikit. Lokasi ini juga dikenal sebagai “Gerbang Panas” karena adanya sumber air panas alami di sekitar daerah tersebut.
Persiapan Persia dan Yunani
Persia mempersiapkan invasi selama empat tahun. Mereka mengumpulkan tentara dalam jumlah besar dari berbagai wilayah kekaisaran, termasuk Asia Kecil, Mesir, dan India. Selain itu, Xerxes membangun infrastruktur perang yang luas, seperti jembatan ponton untuk menyeberangi Hellespont dan menggali kanal di Semenanjung Athos agar armadanya dapat bergerak lebih cepat. Armada laut Persia yang besar dikumpulkan untuk mendukung operasi militer ini, memastikan jalur suplai mereka tetap terbuka sepanjang kampanye.
Di sisi lain, Yunani menyadari ancaman besar yang datang. Negara kota Athena dan Sparta, yang biasanya bersaing dan berselisih, akhirnya bersatu dalam menghadapi musuh yang jauh lebih besar. Yunani menyusun strategi perang yang memanfaatkan keunggulan medan untuk melawan Persia. Selain mengandalkan pasukan darat di Thermopylae, mereka juga mengerahkan armada laut di Selat Artemisium untuk menghadang kapal-kapal Persia dan menghambat pergerakan musuh.
“Baca juga: Penderitaan dan Kezaliman: Kehidupan Gelap di Zaman Medieval”
Strategi Sparta di Thermopylae
Leonidas memimpin sekitar 7.000 prajurit Yunani, termasuk 300 prajurit terbaik Sparta. Mereka membentuk formasi bertahan di celah sempit Thermopylae. Dengan medan yang terbatas, Persia tidak bisa menggunakan keunggulan jumlah mereka secara maksimal. Pasukan Yunani menggunakan formasi falanks, di mana prajurit berbaris rapat dengan perisai besar dan tombak panjang yang memberikan perlindungan serta daya serang yang unggul.
Xerxes menunggu selama empat hari sebelum akhirnya memerintahkan serangan. Ia mengira pasukan Yunani akan menyerah begitu melihat jumlah pasukan Persia yang luar biasa besar. Namun, Leonidas dan pasukannya bertahan dengan kokoh. Serangan pertama Persia berhasil dipukul mundur oleh pasukan Yunani yang disiplin dan terlatih.
Pertempuran Sengit di Thermopylae
Pada hari kelima, Persia mulai menyerang dengan pasukan elit mereka yang dikenal sebagai The Immortals. Mereka merupakan unit khusus Persia yang terdiri dari 10.000 prajurit terlatih dan dipersenjatai dengan baik. Namun, peralatan mereka tidak sebaik yang dimiliki pasukan Yunani. Tombak pasukan Yunani lebih panjang, dan perisai serta baju besi mereka lebih kuat, membuat pasukan Persia kesulitan dalam pertempuran jarak dekat.
Hari berikutnya, pertempuran terus berlanjut dengan serangan yang semakin ganas dari pihak Persia. Namun, pasukan Yunani tetap bertahan dengan formasi falanks mereka yang solid. Persia mengalami kerugian besar karena medan yang tidak menguntungkan bagi pasukan mereka yang lebih ringan. Leonidas dan pasukannya menunjukkan disiplin tinggi serta keberanian luar biasa, tetap mempertahankan posisi mereka meskipun jumlah mereka jauh lebih sedikit dibandingkan musuh.
Pengkhianatan yang Mengubah Jalannya Perang
Pada malam kedua, seorang gembala Yunani bernama Ephialtes mengkhianati pasukannya dengan memberi tahu Persia tentang jalan rahasia di pegunungan yang memungkinkan mereka mengepung pasukan Yunani dari belakang. Xerxes segera mengirim pasukan di bawah komandan Hydarnes untuk menyerang Yunani dari arah yang tidak terduga.
Saat mengetahui pengkhianatan ini, Leonidas mengadakan pertemuan perang dengan para jenderalnya. Ia menyadari bahwa mereka akan dikepung dan kemungkinan besar kalah. Namun, alih-alih melarikan diri, ia memilih untuk tetap bertahan bersama 300 prajurit Sparta serta beberapa ratus pasukan dari Thespiae dan Thebes yang bersedia bertempur hingga akhir. Ia memerintahkan pasukan Yunani lainnya untuk mundur agar mereka bisa terus melawan Persia di medan lain.
“Simak juga: Jejak Wabah Hitam: Menyaksikan Krisis Besar di Abad Pertengahan”
Pertempuran Terakhir Leonidas dan Pasukannya
Leonidas dan pasukannya yang tersisa bersiap menghadapi serangan dari dua arah. Mereka menghabiskan malam terakhir mereka dengan makan dan beristirahat, mengetahui bahwa ini adalah hari terakhir mereka di dunia. Keesokan harinya, Persia menunggu hingga tengah hari sebelum melancarkan serangan.
Leonidas memimpin pasukannya ke medan terbuka agar mereka bisa membunuh sebanyak mungkin musuh sebelum akhirnya gugur. Pasukan Sparta bertempur dengan keberanian luar biasa, menewaskan banyak prajurit Persia dalam pertempuran yang brutal.
Ketika tombak mereka patah, mereka bertarung dengan pedang. Ketika pedang mereka hilang, mereka menggunakan tangan kosong. Mereka bertempur hingga titik darah penghabisan, menolak menyerah meskipun musuh mengepung dengan jumlah yang jauh lebih besar.
Kematian Leonidas dan Akhir Pertempuran
Leonidas akhirnya gugur di medan perang setelah bertarung dengan gagah berani. Tentara Sparta yang tersisa terus bertarung sambil melindungi jasad raja mereka. Persia akhirnya mengepung mereka sepenuhnya dan membunuh pasukan yang tersisa dengan hujan panah dalam serangan terakhir yang menghancurkan.
Setelah kemenangan, Xerxes memberi perintah untuk menandai prajurit Thebes yang menyerah sebagai bentuk penghinaan. Ia juga memerintahkan pemenggalan kepala Leonidas dan menampilkan jasadnya sebagai peringatan bagi Yunani. Namun, tindakan ini justru membakar semangat perlawanan Yunani.
Warisan Leonidas dan Sparta
Leonidas dan pasukannya yang gugur beristirahat di Thermopylae, tempat mereka bertempur hingga akhir. Untuk menghormati keberanian mereka, rakyat Yunani mendirikan monumen berbentuk singa di lokasi tersebut sebagai simbol keteguhan dan pengorbanan mereka. Pada tahun 440 SM, orang-orang Sparta memindahkan tulang Leonidas ke tanah kelahirannya dan menggelar upacara besar untuk mengenangnya sebagai pahlawan sejati. Setiap tahun, mereka mengadakan peringatan khusus untuk mengenang jasanya dalam mempertahankan kebebasan Yunani.
Pertempuran Thermopylae melambangkan keberanian, pengorbanan, dan tekad dalam menghadapi musuh yang jauh lebih besar. Kisah ini terus menginspirasi banyak orang sebagai salah satu pertempuran paling heroik sepanjang sejarah. Bahkan hingga kini, seniman, penulis, dan pembuat film terus mengangkat cerita tentang Leonidas dan 300 Spartan, menanamkan semangat perjuangan bagi generasi mendatang agar tetap teguh menghadapi tantangan yang tampaknya mustahil dikalahkan.