Sejarah Berdirinya Partai Komunis Indonesia

Menelusuri Sejarah Berdirinya Partai Komunis Indonesia dan Pengaruhnya

Sejarah Masa Lalu – Sejarah berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan babak penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. PKI, yang didirikan pada 23 Mei 1914, telah melalui berbagai fase dalam pergerakan politik di Indonesia. Partai ini memiliki pengaruh yang besar, baik dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda maupun dalam dinamika politik pasca kemerdekaan. Namun, perjalanan sejarah PKI juga dipenuhi dengan konflik dan peristiwa yang kontroversial, seperti pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah. Seiring berjalannya waktu, PKI mengalami perubahan yang signifikan, baik dalam struktur organisasi maupun dalam strategi perjuangannya.

Awal Mula Lahirnya Partai Komunis Indonesia

PKI berawal dari sebuah organisasi bernama Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) yang didirikan oleh Henk Sneevliet pada 1914. ISDV awalnya terdiri dari 85 anggota yang berasal dari dua partai sosialis Belanda, yaitu Partai Buruh Sosial Demokratis dan Partai Sosial Demokratis yang beroperasi di Hindia Belanda. Selain itu, ISDV juga beranggotakan orang Indonesia. Sneevliet, seorang sosialis asal Belanda, memiliki tujuan untuk menanamkan paham marxisme-komunisme dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia melihat bahwa perjuangan bangsa Indonesia membutuhkan pengaruh ideologi yang kuat untuk melawan penjajahan Belanda.

“Baca juga: Mengenal Sejarah Kerajaan Kutai: Dari Pendirian hingga Runtuhnya Kejayaan”

Peran Semaun dalam Penyebaran Paham Komunisme

Sneevliet tidak hanya berfokus pada organisasi buruh di kota besar, namun juga berusaha menjalin hubungan dengan Sarekat Islam (SI), organisasi besar yang saat itu sudah dikenal luas di Indonesia. Melalui pertemuannya dengan tokoh-tokoh SI seperti Semaun, Alimin, Darsono, dan lainnya, paham komunisme mulai tersebar. Semaun, salah satu tokoh SI yang tertarik dengan ajaran Sneevliet, kemudian menjadi sekretaris ISDV di Surabaya. Peran Semaun sangat penting dalam memperkenalkan ide-ide komunis di kalangan buruh dan masyarakat Indonesia.

Perpecahan Sarekat Islam dan Lahirnya PKI

Pada 1917, Semaun dan rekan-rekannya di SI mulai mengarahkan perjuangan organisasi tersebut ke arah ideologi komunis. Sebagian anggota SI lainnya tidak menerima perubahan ini dengan mudah. Akibatnya, perpecahan muncul dalam tubuh Sarekat Islam. Perpecahan tersebut membagi anggota menjadi dua kubu. Kubu tersebut adalah SI Merah (komunis) dan SI Putih (agamis). Kubu SI Merah mendapat dukungan dari Semaun dan tokoh-tokoh lainnya. Mereka kemudian mengadakan Kongres ISDV di Semarang pada Mei 1920. Pada kongres inilah, mereka mengubah nama ISDV menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH). Semaun memimpin PKH dengan Darsono sebagai wakilnya. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia. Mereka menyebarkan ideologi komunis di Indonesia. Mereka menarik perhatian banyak orang dengan ideologi mereka.

Perubahan Nama Menjadi PKI

Sejarah berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI) mencatat bahwa pada 1924, PKH mengikuti kongres Komintern kelima. Mereka mengubah nama organisasi ini menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Sejak saat itu, PKI mulai terlibat lebih aktif dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda. PKI menggunakan pendekatan yang lebih radikal. Mereka seringkali mengandalkan aksi-aksi revolusioner. Mereka ingin mencapai tujuan mereka. Salah satu peristiwa besar melibatkan PKI. Peristiwa itu adalah pemberontakan Madiun pada 1948. Pemberontakan ini merupakan salah satu usaha PKI. Mereka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka menggunakan cara yang lebih drastis. Pemerintah Indonesia akhirnya menghentikan pemberontakan tersebut. PKI terus berjuang untuk ideologi mereka. Mereka aktif dalam politik Indonesia. Mereka berusaha memperluas pengaruh mereka.

“Simak juga: Mengungkap Revolusi Amerika: Dari Penyebab hingga Dampaknya”

Pemberontakan PKI Madiun 1948

Pada 1948, PKI terlibat dalam pemberontakan yang terjadi di Madiun, Jawa Timur. Pemberontakan ini dimulai dengan upaya PKI untuk menggulingkan pemerintah Indonesia yang saat itu dipimpin oleh Presiden Sukarno. Dalam rangka menghentikan pemberontakan tersebut, Kolonel AH Nasution yang menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat melakukan operasi militer pada 20 September 1948. Meskipun pemberontakan ini berhasil dihentikan, pengaruh PKI tidak langsung surut begitu saja. Pada kenyataannya, banyak rakyat yang masih mendukung gerakan komunis ini. Hal ini dikarenakan mereka melihat PKI sebagai organisasi yang mewakili kaum buruh dan rakyat kecil. Selain itu, PKI juga dikenal karena perannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, meskipun dianggap sebagai organisasi yang radikal, PKI tetap memiliki daya tarik bagi sebagian masyarakat. Namun demikian, dukungan ini tidak bertahan lama karena PKI terlibat dalam peristiwa G30S pada tahun 1965. Akibatnya, PKI dibubarkan dan dilarang di Indonesia. Pada akhirnya, peristiwa ini menandai akhir dari sejarah PKI di Indonesia.

PKI dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

PKI tidak hanya dikenal karena keterlibatannya dalam pemberontakan. Partai ini juga dikenal karena peranannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Partai ini secara aktif melawan penjajahan Belanda. Mereka berusaha mengusir kolonialisme dengan berbagai cara. Meski sering mengandalkan cara yang ekstrem, PKI memiliki pengaruh besar dalam memperjuangkan kemerdekaan. Salah satu bukti nyata keterlibatan PKI adalah melalui berbagai aksi. Mereka melakukan aksi untuk melawan Belanda. Mereka melakukan aksi terutama dalam konteks perjuangan kelas buruh dan tani. PKI mengorganisir pemogokan buruh. Mereka juga mengorganisir aksi-aksi petani. Mereka menyuarakan tuntutan rakyat. Bahkan mereka berjuang untuk hak-hak buruh dan petani. Mereka melawan penindasan kolonial. Serta mendorong semangat nasionalisme. Mereka ingin Indonesia merdeka dari penjajahan.

PKI dalam Pemilu dan Konflik dengan Partai Lain

Sejarah berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI) dimulai pada tahun 1920. Pada masa itu, kondisi sosial dan politik Indonesia mengalami perubahan besar. Ideologi komunisme menarik perhatian banyak orang. Mereka melihatnya sebagai alternatif untuk mengatasi ketidakadilan.

PKI ikut serta dalam pemilu pertama Indonesia pada tahun 1955. Dalam pemilu ini, PKI memperoleh posisi keempat. Mereka mendapatkan banyak dukungan dari rakyat Indonesia. Namun, pada tahun 1957, Partai Masyumi merasa terancam oleh keberadaan PKI. Mereka mulai menuntut agar PKI dibubarkan.

Tidak lama setelah itu, beberapa tokoh mendirikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Mereka bertujuan untuk menanggapi kekuatan PKI yang semakin berkembang. PRRI bertugas menangkap ribuan kader PKI. Mereka menganggap kader PKI berbahaya bagi stabilitas negara. Peristiwa ini menandai awal dari konflik yang lebih besar antara PKI dan kelompok anti-komunis.

Nasakom dan PKI di Era Soekarno

Pada 1960, Presiden Sukarno mengeluarkan slogan Nasakom, yang merupakan singkatan dari Nasionalisme, Agama, dan Komunisme. Dengan Nasakom, PKI diakui sebagai bagian dari pemerintahan dan mendapatkan legitimasi politik yang lebih besar. Dalam periode ini, PKI menduduki posisi yang cukup penting dalam politik Indonesia, meskipun banyak pihak yang tetap menentangnya. Dengan dukungan Sukarno, PKI berusaha memperjuangkan ideologi komunis di Indonesia, namun keberadaan PKI tetap memicu ketegangan politik yang tinggi.

PKI dan Pembubarannya pada 1965

Dukungan Presiden Sukarno kepada PKI tidak bertahan lama. Pada tahun 1965, PKI terlibat dalam Gerakan 30 September (G30S). Peristiwa ini berujung pada upaya menggulingkan pemerintahan Sukarno. Peristiwa ini menyebabkan kerusuhan politik hebat di Indonesia. Kerusuhan ini memicu pembubaran PKI oleh pemerintah Orde Baru. Sejak saat itu, eksistensi PKI dilarang di Indonesia. Pemerintah menganggap partai ini sebagai organisasi berbahaya bagi stabilitas negara. Peristiwa G30S menandai titik balik dalam sejarah PKI. Peristiwa ini mengakhiri peran PKI dalam politik Indonesia. Masyarakat Indonesia mengalami trauma akibat peristiwa ini. Mereka mengingatnya sebagai periode kelam dalam sejarah.